Mahasiswa, bagaimana kabarmu kini?
Wahai kalian yang rindu kemenangan,
Wahai kalian yang turun kejalan,
Demi mempersembahkan jiwa dan raga, Bismillahirahmanirahim
Untuk negeri tercinta,..
Tulisan ini saya awali dengan mengutip sepenggal syair dari sebuah
lagu perjuangan “Totalitas Perjuangan”
yang biasa dikumandangkan oleh mahasiswa. Lagu yang begitu menggetarkan
pelantunnya manakala ia benar-benar mampu meresapi esensi dari tiap-tiap syair
yang ada didalamnya. Lagu yang setia menemani mahasiwa dalam melaksanakan
tugas-tugasnya sebagai pemimpin muda, melaksanakan fungsinya sebagai penyalur
suara kaum-kaum tertindas, lagu yang mampu membangkitkan ghirah perjuangan para mahasiswa.
Namun, masihkan syair-syair yang tersurat didalam lagu ini mampu
menggambarkan kondisi realitas sosial kemahasiswaan kita saat ini? Nampaknya situasi
sosial politik gerakan kemahasiswaan telah megalami perubahan yang begitu
signifikan. Tahun 1998 kita ketahui bersama, mahasiwa telah menggoreskan tinta
emas dalam sejarah gerakan mahasiswa, yaitu meruntuhkan rezim orde baru yang
pada saat itu Indonesia dipimpin oleh Ir.Soeharto. Krisis moneter yang mencekik
Indonesia, korupsi kolusi nepotisme dikalangan pejabat yang merajalela
menjadikan mahasiwa geram. Demonstrasi besar-besaran dilakukan oleh mahasiwa
kala itu, elemen mahasiwa dari seluruh Indonesia bersatu dan mengepung gedung
DPR/MPR RI. Bentrok fisik dengan petugas keamanan tak bisa dihindarkan, bahkan
tidak sedikit kawan mahasiwa yang cedera atau bahkan meninggal saat itu. Dan
puncaknya adalah dengan mundurnya presiden Soeharto dari posisi presiden RI
tahun 1998. Dan kini 14 tahun sudah paska moementum reformasi, ternyata ada
sebuah perbedaan yang begitu kontras antara gerakan kemahasiswaan dahulu dan
sekarang. Saat ini gerakan kemahasiswaan di Indonesia sedang mengalami kelesuan
atau bahkan mati suri. Pergerakan-pergerakan mahasiswa yang dahulu begitu
dinamis, saat ini sudah jarang didengar. Jangankan bergerak untuk mau
menyuarakan aspirasi rakyat, untuk mau bergabung dengan lembaga kemahasiswaaan
saja saat ini sudah sedikit jumlahnya. Mahasiwa lebih nyaman dengan kuliahnya,
belajar, lulus tepat waktu, IP cumlaude, dapat
beasiswa, membuat karya ilmiah dll. Ya hal-hal yang berbau akademik, saya tidak
menyalahkan hal-hal tersebut, itu semua adalah hal yang positif dan baik, namun
yang menjadikan saya kurang sepakat adalah hal-hal tersebut menjadikan mahasiwa
saat ini hanya fokus kuliah untuk mendapatkan IP yang bagus, tanpa mau peduli
dan belajar untuk peka terhadap kondisi lingkungannya, kondisi masyarakatnya
dan cenderung individualis dan egois. Tidak hanya itu, lebih parah lagi
mahasiwa saat ini cenderung hedonis, suka berfoya-foya, bersenang-senang, bergaya
hidup mewah-mewahan. Beberapa permasalahan yang terjadi pada mahasiwa kita saat
ini antara lain :
-
Krisis
moral, begitu banyak pemuda kita yang melakukan hal-hal yang tidak bermoral,
seks bebas, narkoba, tawuran dll
-
Apatisme
mahasiswa terhadap aktivitas dan permasalahan-permasalahan sosial dan politik
yanga ada disekitarnya, dan cenderung akademis.
-
Terdegradasinya
rasa kepedulian sosial dari dalam diri mahasiwa, sehingga cenderung acuh ta k
acuh terhadap permasalahan yang ada disekitarnya.
-
Krisis
intelektual, split personaliti, keterpisahan sosil, bervisi pendek dan lain
sebagainya
Dari
permasalahan tersebut, juga berdampak pada kondisi gerakan kemahasiwaan dimasa
sekarang. Gerakan mahasiswa 14 tahun pasca reformasi juga mengalami disorientasi gerakan dan cenderung
mati suri dan diperparah dengan problematika-problematika diantarnya :
-
Konflik
ideologis dan kepentingan yang menghalangi aliansi gerakan moral bersama,
-
Visi
dan peran yang tidak jelas dalam menghadapi realitas kebangsaan dan keumatan,
-
Terjebak
pada rutinitas even organizer, kehilangan kewibawaan di mata birokrasi (nir bargaining position) dll.
Itulah beberapa gambaran kondisi sosial
politik kemahasiswaan kita saat ini, begitu kompleks. Namun mungkin memang
seperti itulah trend gerakan
kemahasiswaan kita saat ini. Setiap masa memiliki karakter dan momentumnya
masing-masing. Lantas apa yang harus kita lakukan saat ini? Sebagai mahasiwa-mahasiwa
yang masih diberikan kesadaran untuk mau peduli akan kondisi sosial politik
bangsa ini?
Bukan mahasiswa nampaknya kalau mudah putus
asa,..
Bukan pemuda ketika menghadapi masalah justru
mengalah,..
Bukan aku, kamu dan kita kalau yang ada hanya
pesimisme,..
Soekarno saja begitu optimis dengan pemuda,.
“Berikan aku
1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)
Begitu juga
optimisme seorang Hasan Al Banna dalam melihat pemuda,.
Pemuda kata Hasan al-Banna ‘‘di setiap umat mereka adalah
rahasia kebangkitannya; di setiap kebangkitan mereka adalah rahasia
kekuatannya; dan di setiap ideologi mereka adalah para pengusung panjinya”.
Subhanallah, senantiasa ada optimisme untuk terus maju bagi para
generasi muda, terutama bagi kita
sebagai aktivis dakwah dan aktivis gerakan mahasiwa. InsyaAllah “harapan itu masih ada, dan selalu ada”.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyikapi kondisi
tersebut, dan mencoba sedikit demi sedikit mengikisnya antara lain :
-
Membangkitkan kembali budaya kritis dan idealis dikalangan
mahasiwa. (budaya baca buku-buku pergerakan mahasiswa terdahulu).
-
Mengadakan agenda-agenda peningkatan kapasitas leadership dan
character building, membangun kesadaran akan peran dan fungsi mahasiswa, sehingga
diharapkan mampu melahirkan pemimpin-pemimpin muda Indoenesia yang memiliki
kapasitas leadership yang berkualitas dan juga memiliki karakter yang
berkualitas pula serta sadar akan peran dan fungsinya sebagai mahasiswa.
-
Membangun sense of political
interest dikalangan mahasiwa, dengan mengadakan agenda-agenda pencerdasan politik
baik melalui optimalisasi media maupun dengan mengadakan agenda-agenda diskusi,
training, seminar, workshop dll.
-
Membangun jaringan dan komunikasi yang efektif dengan
gerakan-gerakan mahasiwa tidak hanya pada tataran internal kampus, tetapi juga
tataran regional dan nasional. Sehingga diharapkan akan terbangun sebuah
konstruksi global gerakan mahasiswa, dan adanya kesamaan berpikir terkait arah
gerakan mahasiwa di masa yang akan datang. (Optimalisasi fungsi BEM-SI dll)
-
Bersama perwakilan elemen mahasiswa melakukan silaturahim kepada
tokoh-tokoh nasional untuk membuka kran informasi sekaligus membangun jaringan
pada birokrasi. (Silaturahim anggota Dewan, Menteri, Presiden dll)
-
Melakukan kajian-kajian terhadap isu-isu yang ada baik pada
tataran regional maupun nasional dan menentukan sikap tegas dari mahasiswa
terhadap isu tersebut.
-
Untuk Jawa Tengah : Ikut melaksanakan sosialisasi dan pembelajaran
politik kepada mahasiwa melalui partisipasi dalam pemilu Gubernur Jawa Tengah
2013 secara langsung.
-
Bekerjasama dengan KPUD Jawa Tengah dalam mengawal pemilihan
Gubernur Jawa Tengah tahun 2013.
Itulah sedikit hal yang mungkin bisa kita lakukan untuk mencoba
meminimalisir problematika yang tengah menghingapi gerakan mahasiswa kita saat
ini. Selain itu, ini juga menjadi ikhtiar kita untuk kembali membangkitkan ruh
gerakan mahasiswa yang tengah tertidur , sehingga kedepan gerakan mahasiswa
akan kembali mampu menunjukkan eksistensinya dan mampu melaksanakan fungsi dan
perannya secara optimal. Wallahu ‘alam bi
shawab
Makhmud
Kuncahyo
BEM KM
Universitas Negeri Semarang